Temu Lapang

>> Jumat, 05 Juni 2009

Temu lapang yang dilaksanakan adalah dalam rangka temu lapang hasil praktek usaha budidaya lele sangkuriang. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2009 dimulai poukul 09.00 WIB bertempat di kantor Wali nagari Lubuk pandan. Kegiatan temu lapang ini bertujuan untuk : 1. Menyampaikan informasi inovasi teknologi perikanan hasil penelitian dan uji coba dari hasil pengujian di tingkat lapangan berupa hasil praktek usaha Lele Sangkuriang. 2. Mendiseminasikan inovasi teknologi hasil uji adaftasi yang telah dilaksanakan. 3. Meningkatkan peran dan fungsi penyuluh perikanan di lokasi prasasti mina Kab. Padang Pariaman sebagai mediator dan fasilitator 4. Menjalin hubungan yang sinergis antara sumber teknologi/BRKP/Lembaga Riset lainnya, Penyuluh Perikanan dan pelaku utama/pelaku usaha. Peserta yanjg hadir pada temu lapang ini sebanyak 50 orang dihadiri oleh : Pusbangluh BPSDM KP, Kabid Perikanan Budidaya, Camat 2 X 11 Enam Lingkung, Wali Nagari Lubuk Pandan, SUPM Pariaman, pelaksana program prasasti mina, Kepala UPTD Wilayah III, PPL Pusbangluh, PPTK, staf dinas, serta pelaku utama yang terdiri dari pembudidaya ikan dan wanita pengolah. Materi Temu lapang adalah :  Pemaparan hasil praktek usaha budiidaya lele sangkuriang disampaikan oleh PPL :Pusbangluh  Pembahasan atas pemaparan hasil praktek usaha budidaya lele sangkuriang oleh Haswarman, A.Pi Kasi Perbenihan pada BBI Sentral Kiambang. Isi paparan hasil praktek usaha budidaya lele sangkuriang diantaranya :  Lele sangkuriang merupakan hasil perkawinan antara F2 dengan F6, ciri khususnya : bentuk kepala pipih mendatar, kepala relartif lebih kecil, agak bulat dan pendek, warna agak gelap dan sedikit totol. Lele ini tahan pada kepadatan tinggi tapi agak manja, jika air kotor tidak mampu bertahan. Bersifat nokturmal (aktif pada malam hari)  Launching lele sangkuriang ini pada tanggal 21 Juli 2004  Pada pendederan I SR nya 38%. Pakan yang diberikan pelet 10% sebanyak 2 X sehari  Pada pendederan II SR 90%, pakan yang diberikan pelet secara adlibitum sebanyak 2 x sehari.  Pada pemeliharaan ini tidak ada pergantian air  Perlu ada kerjasama antar pembudidaya dengan pola tanam (usaha pendederan) ukuran 5 – 8 menghasilkan ukuran 8 – 12, dan ukuran 8 - 12 menjadi ukuran konsumsi.  Dengan kepadatan 35 – 50 ekor/m2 dan pemberian makan adlibitum dengan frekwensi 2 X sehari, maka pada umur 130 hari pemeliharaan panjangnya 25 – 30 cm dengan bobot antara 200 – 300 gram, SR 80 – 90%, serta diperoleh konversi pakan 0,8  Penyakit yang menyerang selama pemeliharaan yaitu : 1) white spot mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang, menggosok-gosokkan badan ke waring/pematang dan terdapat bintik putih di seluruh badan dan insang, penanganannya dengan penggaraman; 2) Aeromonas hydrophoilla.  Harus dimulai dengan pengobatan secara herbal yaitu menggunakan : 1) daun capo japang sebagai obat TBC pada Gurami/mata menonjol; 2) Daun kipahit sebagai obat Aeromonas Hidriphilla. Kedua daun tersebut dicincang dan ditebar ke kolam. Selain sebagai obat kedua daun tersebut juga berfungsi sebagai immunostimulan; 3) bawang putih 30 gr/Kg pakan dicampur minyak, ditumbuk dan dicampur dengan pakan.  Sistem budidaya lele menggunakan kolam terpal kepadatan pada ukuran 3 – 5 cm antara 100 – 200 ekr/m2. Selama pemeliharaan 3 bulan menghasilkan ukuran 4 – 5 ekor/Kg Pembahasan dari nara sumber Haswarman, A.Pi  Praktek budidaya lele sangkuriang yang telah dilaksanakan oleh PPL Pusbangluh sangat bagus karena telah memanfaatkan lahan yang sempit untuk peningkatan produktivitas lele.  Di BBI Kiambang dari 2 pasang induk bisa menghasilkan 57.000 ekor benih lele berukuran (2 – 3) cm  Disarankan kepada pelaku utama mengambil benih ikan dari BBI Kiambang seperti benih nila gesit, nila YY supermill untuk dijadikan calon induk karena merupakan F3 yang kualitasnya bagus.  Untuk pendederan I disarankan jangan pake hapa cukup menggunakan kolam tanah selama 2 minggu dari ukuran 2-3 cm bisa menjadi 3 – 5 cm  Untuk pendederan II juga menggunakan kolam tanah selama 2 minggu dari ukuran 3- 5 cm menajdi 5 – 8 cm  Perlakuan sebelum menebar benih ikan pada pendederan : kolam dicangkul, dijemur, dipupuk, dikapur, sehari sebelum ditebar dikasih recoll, baru ditebar benih 2 – 3 cm.  Salah satu penghambat pada budidaya lele adalah lumut yang sering muncul ke permukaan banyak mematikan benih lele.  Keunggulan lele sangkuriang : pertumbuhan cepat, rasa lebih gurih  Pakan benih lele disarankan : dedak, siput murbei, Pelet 901 (untuk ukuran 2 – 3 cm), FF 99 (untuk ukuran 3 – 5 cm), 788-2 (untuk ukuran 5 – 8 cm)  Disarankan untuk pembesaran lele ditebar benih ukuran 5 -8 cm karena SRnya lebih tinggi  Usahakan pelaku usaha melakukan diversifikasi usaha dimana air yang mengalir untuk usaha pendederan dan air tergenang untuk pembesaran lele.  Dalam berbudidaya ikan terapkan CBIB, mulai dari penyiapan induk sampai dengan pelaksanaan pembenihan dilakukan pencatatan. Diskusi  Erman Firman ; bagaimana ketersediaan benih lele untuk pelaku utama di Lubuk Pandan Jawab : rencana lele hasil temu usaha akan dibesarkan lagi sampai menjadi calon ionduk, diseleksi dan disilangkan dengan lele dumbo sebagai stok induk untuk kegiatan prasasti mina di Lubuk Pandan.  Irwan : Ikan lele sangkuriang hasil prakrtek usaha diberikan kepada pembudidaya yang membutuhkan dengan kriteria yang ditetapkan bersama antara Dinas, PPL dan Gapokkan.  Syakhbandri : Ke depannya perlu pengkaderan pengelola lele sangkuriang sehingga pelaku utama yang dikader dari tidak mau menjadi mau, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak bergerak menjadi bergerak, dan induk lele yang dihasilkan nanti diberikan kepada pelaku utama yang dikaderkan. Jawab : Sesuai kesepakatan dan untuk kepentingan bersama maka lele sangkuriang hasil praktek usaha akan dibesarkan lagi menjadi calon induk dan dikelola oleh Gapokkan. Seterusnya akan diserahkan kepada kelompok yang siap mengelola induk lele tersebut. Kesimpulan / renmcana Tindak Lanjut Temu lapang  Lele Sangkuriang hasil praktek usaha akan dikelola oleh Gapokkan Lugas.  Kelompok yang sudah siap untuk mengelola calon induk lele tersebut akan dilatih cara pengelolaan induk hingga terampil untuk mengelola induk  Induk ikan lele akan diserahkan pengelolaannya kepada kelompok yang sudah terampil tersebut.  Diharapkan industri perikanan pedesaan dari hulu sampai hilir akan berkembang di Lubuk Pandan mulai dari pabrik pakan, pembenihan, pendederan, kios saprokan, dan pengolahan sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat Lubuk Pandan.

0 comments:

Posting Komentar

About This Blog

“Siapa yang bisa menghalangi kita, jika Allah sudah berkehendak mengabulkan do'a kita? Berdo'alah dan bertindaklah untuk menjemput do'a kita. Tak perlu takut atau ragu.”

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP